ELMIDAD : Ta'allum - Tafaqquh - Tathbiiq

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Kamis, 06 Juni 2013

Perpustakaan Sopiyan Elfakisie



شرح تعليم المتعلم للشيخ الزرنوجي
شرح مختصر جدا للشيخ أحمد زينى دحلان
متن الآجرومية للشيخ الصنهاجى
شرح الكيلانى لأبى الحسن علي بن هشام الكيلاني
تيجان الدراري للشيخ محمد نووي الجاوي
شرح ورقات للشيخ أحمد بن محمد الدمياطى
المنح السنية لسيدي عبد الوهاب الشعراني
تنقيح القول الحثيث للشيخ محمد بن عمر النووي البنتنى
النصائح الدينية للشيخ عبد الله باعلوي الحداد
حل المعقود من نظم المقصود للشيخ محمد عليش
شرح سلم التوفيق للشيخ محمد نووي
إرشاد العباد للشيخ زين الدين المليبارى
شرح متممة الآجرومية للشيخ عبد الله بن أحمد الفاكهى
شرح فتح المعين للشيخ زين الدين المليبارى
فتح الـمجيد للشيخ محمد نووي بن عمر الجاوى
نصائح العباد للشيخ محمد نووي بن عمر الجاوى
دقائــق الأخبار لعبد الرحيم بن أحمد القاضى
شرح الرياض البديعة للشيخ محمد نووي الجاوى
فتح القريب الـمجيد للشيخ محمد بن قاسم الغىزى
المواعظ االعصفورية للشيخ محمد بن أبى بكر العصفورى
رسالة المعاونة للشيخ عبد الله بن علوى بن محمد الحداد
قامع الطغيان للشيخ محمد نووي بن عمر الجاوى
شرح تفسير يس للشيخ حمامي زاده
شرح قطر الغيث للشيخ محمد نووي الجاوى
شرح عقود اللجين للشيخ محمد بن عمر نووي
سلم المبتدى للشيخ داود بن عبد الله الفطانى
شرح سفينة النجا لأبي عبد المعطى محمد نووي بن عمر الجاوى
ريــاض الصالحين للشيخ محي الدين أبى زكريا النووي
مـختار الأحاديث النبوية للسيد أحمد الهاشـمى
الأذكار للشيخ محي الدين أبى زكريا النووي
التعريفات لأبي الحسن على بن محمد الجرجانى
ملخص قواعد اللغة العربية لفؤاد نعمة
فتح الرحمن لفيض الله الحسنى المقدسى
تاريــخ التشريع الإسلامي للشيخ محمد الحضرى
كفاية الأخيار للإمام تقي الدين الشافعى
مباحث فى علوم القرآن لـمناع خليل القطان
تيسير مصطلح الحديث للدكتور محمود الطحان
روائـع من أشعار الصحابة لفريد الدين مسعود
تنبيه الغافلين للشيخ نصر بن محمد بن ابراهيم السمرقندى
البلاغة الواضحة لعلى الجارم ومصطفى أمين
شذ العرف فى فن الصرف للشيخ أحمد الحملاوى
جواهر البلاغة للسيد المرحوم أحمد الهاشـمى
درة الناصحين لعثمان بن حسن بن أحمد الشاكر الخويرى
تفسير القرآن الكريم لـجلال الدين المحلى و جلال الدين السيوطى


Momentum Isra' dan Mi'raj



Hari ini merupakan momentum yang sangat tepat bagi seluruh umat manusia khususnya umat Islam untuk mengingat suatu peristiwa terpenting dalam sejarah Islam dan manusia, yaitu peristiwa Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Peristiwa tersebut adalah proses perjalanan yang dialami Nabi Muhammad SAW dari masjid Al-Haram di Mekkah menuju ke masjid Al-Aqsha di Palestina dan dilanjutkan dengan perjalanan beliau ke Sidratul Muntaha di langit ketujuh untuk menghadap Allah Azza wa Jalla.
Sudah menjadi tradisi bagi seluruh umat Islam yang menghargai rangkaian sejarah baginda Rasulullah SAW untuk selalu menyelenggarakan peringatan  Isra’ dan Mi’raj setiap tanggal 27 Rajab. Hal ini dikarenakan banyak hikmah yang dapat diambil dari peringatan peristiwa tersebut. Di antara hikmah dan pelajarannya adalah seluruh umat Islam menyadari bahwa  peristiwa Isra’ dan Mi’raj merupakan peristiwa agung yang berkaitan erat dengan masalah akidah seseorang. Bila kita menengok sejarah, bahwa ketika terjadi peristiwa Isra’ dan Mi’raj dan Rasulullah SAW memberikan kabar tersebut kepada penduduk Mekkah, baik yang beriman maupun yang kafir, maka serta merta orang - orang kafir Quraisy langsung melontarkan kata - kata yang keji kepada Rasulullah SAW bahkan ada di antara mereka yang menuduh bahwa Rasulullah SAW termasuk orang yang kurang waras. Bahkan ada di antara orang - orang yang beriman ketika itu yang murtad karena minimnya keyakinan atau akidah mereka. Pada saat yang bersamaan, maka muncullah figur kaum mukminin yang sejati yang pertama kali membenarkan peristiwa Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW yaitu Abu Bakar RA. Berkat sikap tegas dan keyaninan yang mantap tersebut akhirnya Abu Bakar RA diberi gelar Ash-Shiddiq (orang yang membenarkan).
Dalam peristiwa Isra’ dan Mi’raj juga dapat kita ambil pengetahuan bahwa perintah shalat yang kita laksanakan sampai saat ini adalah ditetapkan oleh Allah SWT kepada Rasulullah SAW dan umatnya ketika peristiwa Isra’ dan Mi’raj. Adapun jumlah waktu shalat yang pertama kali Allah SWT tetapkan untuk Rasulullah SAW dan umatnya adalah sebanyak 50 waktu. Namun ketika Rasulullah SAW dianjurkan oleh Nabi Musa AS agar meminta keringanan jumlah waktu shalat, akhirnya Rasulullah SAW mengajukan keringanan kepada Allah SWT agar dikurangi jumlah waktu shalat tersebut. Setelah beberapa kali Rasulullah SAW mengahadap Allah SWT, akhirnya ditetapkanlah bahwa kewajiban shalat bagi umat Nabi Muhammad SAW dalam sehari semalam sebanyak 5 waktu.
Sebenarnya masih banyak hikmah dan pelajaran yang dapat diambil dari peristiwa Isra’ dan Mi’raj. Namun yang terpenting adalah bagaimana momentum peringatan Isra’ dan Mi’raj dapat membawa perubahan besar dalam keperibadian setiap muslim. Bukankah ironis, jika peristiwa Isra’ dan Mi’raj selalu kita peringati namun akidah dan keyakinan kita tidak bertambah terhadap kebenaran ajaran Islam? Apakah kita tidak malu, jika peringatan Isra’ dan Mi’raj selalu kita selenggarakan tiap tahun, akan tetapi kewajiban yang ditetapkan pada peristiwa tersebut masih kita lalaikan? Oleh karena itu, marilah dalam momentum peringatan Isra’ dan Mi’raj kita tingkatkan keyakinan bahwa risalah / ajaran Islam yang dibawa oleh baginda Rasulullah SAW benar - benar membawa cahaya kebenaran dan sebagai rahmat bagi seluruh alam. Dan kita sebagai umat Nabi Muhammad SAW selalu taat dan patuh kepada perintah Allah SWT dan Rasul-Nya.  Wallaahu A'lam.

Senin, 03 Juni 2013

Sekilas Sejarah NU


Kalangan pesantren gigih melawan kolonialisme dengan membentuk organisasi pergerakan, seperti Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air) pada tahun 1916. Kemudian tahun 1918 didirikan Taswirul Afkar atau dikenal juga dengan Nahdlatul Fikri (Kebangkitan Pemikiran), sebagai wahana pendidikan sosial politik kaum dan keagamaan kaum santri. Selanjutnya didirikanlah Nahdlatut Tujjar, (Pergerakan Kaum Sudagar) yang dijadikan basis untuk memperbaiki perekonomian rakyat. Dengan adanya Nahdlatut Tujjar itu, maka Taswirul Afkar, selain tampil sebagai kelompok studi juga menjadi lembaga pendidikan yang berkembang sangat pesat dan memiliki cabang di beberapa kota.
 
Sementara itu, keterbelakangan, baik secara mental, maupun ekonomi yang dialami bangsa Indonesia akibat penjajahan maupun akibat kungkungan tradisi, menggugah kesadaran kaum terpelajar untuk memperjuangkan martabat bangsa ini, melalui jalan pendidikan dan organisasi. Gerakan yang muncul 1908 tersebut dikenal dengan Kebangkitan Nasional. Semangat kebangkitan memang terus menyebar ke mana-mana setelah rakyat pribumi sadar terhadap penderitaan dan ketertinggalannya dengan bangsa lain. Sebagai jawabannya,  muncullah berbagai organisasi pendidikan dan pembebasan.

Ketika Raja Ibnu Saud hendak menerapkan asas tunggal yakni madzhab Wahabi di Mekah, serta hendak menghancurkan semua peninggalan sejarah Islam maupun pra-Islam, yang selama ini banyak diziarahi karena dianggap bi'dah. Gagasan kaum wahabi tersebut mendapat sambutan hangat dari kaum modernis di Indonesia, baik kalangan Muhammadiyyah di bawah pimpinan Ahmad Dahlan, maupun PSII di bawah pimpinan H.O.S. Tjokroaminoto. Sebaliknya, kalangan pesantren yang selama ini membela keberagaman, menolak pembatasan bermadzhab dan penghancuran warisan peradaban tersebut.

Sikapnya yang berbeda, kalangan pesantren dikeluarkan dari anggota Kongres Al Islam di Yogyakarta 1925, akibatnya kalangan pesantren juga tidak dilibatkan sebagai delegasi dalam Mu'tamar 'Alam Islami (Kongres Islam Internasional) di Mekah yang akan mengesahkan keputusan tersebut. Didorong oleh minatnya yang gigih untuk menciptakan kebebasan bermadzhab serta peduli terhadap pelestarian warisan peradaban, maka kalangan pesantren terpaksa membuat delegasi sendiri yang dinamai dengan Komite Hijaz, yang diketuai oleh KH. Wahab Hasbullah.

Atas desakan kalangan pesantren yang terhimpun dalam Komite Hijaz, dan tantangan dari segala penjuru umat Islam di dunia, Raja Ibnu Saud mengurungkan niatnya. Hasilnya hingga saat ini di Mekah bebas dilaksanakan ibadah sesuai dengan madzhab mereka masing-masing. Itulah peran internasional kalangan pesantren pertama, yang berhasil memperjuangkan kebebasan bermadzhab dan berhasil menyelamatkan peninggalan sejarah serta peradaban yang sangat berharga.
     
Berangkat dari komite dan berbagai organisasi yang bersifat embrional dan ad hoc, maka setelah itu dirasa perlu untuk membentuk organisasi yang lebih mencakup dan lebih sistematis, untuk mengantisipasi perkembangan zaman. Maka setelah berkoordinasi dengan para kiyai, akhirnya muncul kesepakatan untuk membentuk organisasi yang bernama Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama) pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926). Organisasi ini dipimpin oleh KH. Hasyim Asy'ari sebagai Rais Akbar.
     
Untuk menegaskan prisip dasar orgasnisai ini, maka KH. Hasyim Asy'ari merumuskan Kitab Qanun Asasi (prinsip dasar), kemudian juga merumuskan kitab I'tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah. Kedua kitab tersebut kemudian diejawantahkan dalam Khittah NU , yang dijadikan dasar dan rujukan warga NU dalam berpikir dan bertindak dalam bidang sosial, keagamaan dan politik.

 Wallaahu A'lam

Bekal Hidup



Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW dikatakan bahwa “ Kehidupan dunia adalah ladang untuk kehidupan akhirat. “ Oleh karena itu, patut bagi kita untuk saling memberi peringatan kepada sesama muslim bahwa kehidupan dunia ini bukanlah target utama yang harus dikejar mati-matian, sehingga mengalihkan perhatian kita untuk berbuat sesuatu untuk kehidupan akhirat yang notabene kekal dan abadi. Kehidupan dunia memang sangat menggiurkan dan penuh dengan kenikmatan. Sehingga semua itu menggoda hati dan perasaan kita untuk segera dan bergegas mencapainya. Dunia dan isinya memang diperuntukkan untuk seluruh makhluk Allah SWT di muka bumi. Namun, bukan berarti hal tersebut harus segera kita kuasai dan nikmati tanpa batas. Bagi orang yang beriman, kehidupan dunia ini tidak lebih sebagai tempat untuk singgah dan beristirahat dalam rangka menempuh perjalanan yang hakiki, yakni perjalanan menuju akhirat. Oleh karena itu, mereka (orang yang beriman) tidak akan bersifat rakus terhadap kehidupan yang fana’ ini. Orang yang beriman akan menyadari dan selalu mengintrospeksi diri ( muhasabah ) tiap helaan nafas. Inilah sifat orang yang beriman kepada Allah SWT dan hari akhir, yang hati mereka senantiasa ingat dan takut kepada Allah SWT.
Allah SWT mengingatkan kepada seluruh hamba_Nya yang beriman agar senantiasa berbekal untuk kahidupan akhirat yang kekal abadi. Bekal yang paling penting bagi orang yang menuju kehidupan akhirat adalah taqwa. Karena dengan taqwa itulah seseorang akan mampu mencapai kesuksesan di akhirat kelak. Taqwa adalah melaksanakan seluruh perintah Allah SWT dan menjauhi seluruh larangan Allah SWT. Jadi, orang-orang yang beriman akan selalu taat dan patuh kepada apa-apa yang diperintahkan oleh Allah SWT dan berusaha sekuat tenaga untuk menjauhi seluruh larangan Allah SWT. Kehidupan dunia yang sebentar ini akan selalu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh orang yang beriman untuk memperbanyak bekal menuju kehidupan akhirat. Mereka akan selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT guna mengharapkan keridlo’an_Nya dan selalu memperbanyak amal shalih. Orang-orang yang benar-benar beriman kepada Allah SWT tidak akan pernah tergiur untuk menguasai kemewahan dunia. Hal ini dapat dibuktikan dari para ulama terdahulu yang kehidupan mereka sangat sederhana dan jauh dari kemewahan kehidupan dunia. Walaupun ada juga di antara mereka yang diberikan kekayaan yang melimpah, namun semua itu tidak menghalangi kedekatan mereka kepada Allah SWT.  Yang terpenting sekarang adalah bagaimana sikap kita seharusnya sebagai orang yang beriman kepada Allah SWT dan kehidupan akhirat dalam menjalani kehidupan di dunia ini? Apakah kita akan terus menuruti hawa nafsu untuk menikmati kemewahan dan kelezatan dunia yang menipu? Atau kita akan segera kembali ke pangkuan_Nya dan memperoleh kerido’an_Nya? Hidup adalah pilihan. Kebahagiaan atau kesengsaraan yang akan kita pillih? Berbekallah…!! 

Wallaahu A’lam