Nilai UAS Ganjil MI Al-Mursyidiyyah Pondok Benda
Sopiyan Elfakisie
ELMIDAD : Ta'allum - Tafaqquh - Tathbiiq
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Selasa, 16 Desember 2014
Kamis, 06 Juni 2013
Perpustakaan Sopiyan Elfakisie
شرح تعليم المتعلم للشيخ الزرنوجي
شرح مختصر جدا للشيخ أحمد زينى دحلان
متن الآجرومية للشيخ الصنهاجى
شرح الكيلانى لأبى الحسن علي بن هشام
الكيلاني
تيجان الدراري للشيخ محمد نووي الجاوي
شرح ورقات للشيخ أحمد بن محمد الدمياطى
المنح السنية لسيدي عبد الوهاب
الشعراني
تنقيح القول الحثيث للشيخ محمد بن عمر
النووي البنتنى
النصائح الدينية للشيخ عبد الله باعلوي
الحداد
حل المعقود من نظم المقصود للشيخ محمد
عليش
شرح سلم التوفيق للشيخ محمد نووي
إرشاد العباد للشيخ زين الدين
المليبارى
شرح متممة الآجرومية للشيخ عبد الله بن
أحمد الفاكهى
شرح فتح المعين للشيخ زين الدين
المليبارى
فتح الـمجيد للشيخ محمد نووي بن عمر
الجاوى
نصائح العباد للشيخ محمد نووي بن عمر
الجاوى
دقائــق الأخبار لعبد الرحيم بن أحمد
القاضى
شرح الرياض البديعة للشيخ محمد نووي
الجاوى
فتح القريب الـمجيد للشيخ محمد بن قاسم
الغىزى
المواعظ االعصفورية للشيخ محمد بن أبى
بكر العصفورى
رسالة المعاونة للشيخ عبد الله بن علوى
بن محمد الحداد
قامع الطغيان للشيخ محمد نووي بن عمر
الجاوى
شرح تفسير يس للشيخ حمامي زاده
شرح قطر الغيث للشيخ محمد نووي الجاوى
شرح عقود اللجين للشيخ محمد بن عمر
نووي
سلم المبتدى للشيخ داود بن عبد الله
الفطانى
شرح سفينة النجا لأبي عبد المعطى محمد
نووي بن عمر الجاوى
ريــاض الصالحين للشيخ محي الدين أبى
زكريا النووي
مـختار الأحاديث النبوية للسيد أحمد
الهاشـمى
الأذكار للشيخ محي الدين أبى زكريا
النووي
التعريفات لأبي الحسن على بن محمد
الجرجانى
ملخص قواعد اللغة العربية لفؤاد نعمة
فتح الرحمن لفيض الله الحسنى المقدسى
تاريــخ التشريع الإسلامي للشيخ محمد
الحضرى
كفاية الأخيار للإمام تقي الدين
الشافعى
مباحث فى علوم القرآن لـمناع خليل
القطان
تيسير مصطلح الحديث للدكتور محمود
الطحان
روائـع من أشعار الصحابة لفريد الدين
مسعود
تنبيه الغافلين للشيخ نصر بن محمد بن
ابراهيم السمرقندى
البلاغة الواضحة لعلى الجارم ومصطفى
أمين
شذ العرف فى فن الصرف للشيخ أحمد
الحملاوى
جواهر البلاغة للسيد المرحوم أحمد
الهاشـمى
درة الناصحين لعثمان بن حسن بن أحمد
الشاكر الخويرى
تفسير القرآن الكريم لـجلال الدين
المحلى و جلال الدين السيوطى
Momentum Isra' dan Mi'raj
Hari ini merupakan momentum yang sangat tepat bagi seluruh umat
manusia khususnya umat Islam untuk mengingat suatu peristiwa terpenting dalam
sejarah Islam dan manusia, yaitu peristiwa Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW.
Peristiwa tersebut adalah proses perjalanan yang dialami Nabi Muhammad SAW dari
masjid Al-Haram di Mekkah menuju ke masjid Al-Aqsha di Palestina dan
dilanjutkan dengan perjalanan beliau ke Sidratul Muntaha di langit ketujuh
untuk menghadap Allah Azza wa Jalla.
Sudah menjadi tradisi bagi seluruh umat Islam yang menghargai
rangkaian sejarah baginda Rasulullah SAW untuk selalu menyelenggarakan
peringatan Isra’ dan Mi’raj setiap
tanggal 27 Rajab. Hal ini dikarenakan banyak hikmah yang dapat diambil dari
peringatan peristiwa tersebut. Di antara hikmah dan pelajarannya adalah seluruh
umat Islam menyadari bahwa peristiwa
Isra’ dan Mi’raj merupakan peristiwa agung yang berkaitan erat dengan masalah
akidah seseorang. Bila kita menengok sejarah, bahwa ketika terjadi peristiwa
Isra’ dan Mi’raj dan Rasulullah SAW memberikan kabar tersebut kepada penduduk
Mekkah, baik yang beriman maupun yang kafir, maka serta merta orang - orang
kafir Quraisy langsung melontarkan kata - kata yang keji kepada Rasulullah SAW
bahkan ada di antara mereka yang menuduh bahwa Rasulullah SAW termasuk orang
yang kurang waras. Bahkan ada di antara orang - orang yang beriman ketika itu
yang murtad karena minimnya keyakinan atau akidah mereka. Pada saat yang
bersamaan, maka muncullah figur kaum mukminin yang sejati yang pertama kali
membenarkan peristiwa Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW yaitu Abu Bakar RA.
Berkat sikap tegas dan keyaninan yang mantap tersebut akhirnya Abu Bakar RA
diberi gelar Ash-Shiddiq (orang yang membenarkan).
Dalam peristiwa Isra’ dan Mi’raj juga dapat kita ambil pengetahuan
bahwa perintah shalat yang kita laksanakan sampai saat ini adalah ditetapkan
oleh Allah SWT kepada Rasulullah SAW dan umatnya ketika peristiwa Isra’ dan
Mi’raj. Adapun jumlah waktu shalat yang pertama kali Allah SWT tetapkan untuk
Rasulullah SAW dan umatnya adalah sebanyak 50 waktu. Namun ketika Rasulullah
SAW dianjurkan oleh Nabi Musa AS agar meminta keringanan jumlah waktu shalat, akhirnya
Rasulullah SAW mengajukan keringanan kepada Allah SWT agar dikurangi jumlah waktu
shalat tersebut. Setelah beberapa kali Rasulullah SAW mengahadap Allah SWT,
akhirnya ditetapkanlah bahwa kewajiban shalat bagi umat Nabi Muhammad SAW dalam
sehari semalam sebanyak 5 waktu.
Sebenarnya masih banyak hikmah dan pelajaran yang dapat diambil
dari peristiwa Isra’ dan Mi’raj. Namun yang terpenting adalah bagaimana
momentum peringatan Isra’ dan Mi’raj dapat membawa perubahan besar dalam
keperibadian setiap muslim. Bukankah ironis, jika peristiwa Isra’ dan Mi’raj
selalu kita peringati namun akidah dan keyakinan kita tidak bertambah terhadap
kebenaran ajaran Islam? Apakah kita tidak malu, jika peringatan Isra’ dan
Mi’raj selalu kita selenggarakan tiap tahun, akan tetapi kewajiban yang
ditetapkan pada peristiwa tersebut masih kita lalaikan? Oleh karena itu, marilah
dalam momentum peringatan Isra’ dan Mi’raj kita tingkatkan keyakinan bahwa
risalah / ajaran Islam yang dibawa oleh baginda Rasulullah SAW benar - benar membawa
cahaya kebenaran dan sebagai rahmat bagi seluruh alam. Dan kita sebagai umat
Nabi Muhammad SAW selalu taat dan patuh kepada perintah Allah SWT dan
Rasul-Nya. Wallaahu A'lam.
Senin, 03 Juni 2013
Sekilas Sejarah NU
Kalangan
pesantren gigih melawan kolonialisme dengan membentuk organisasi pergerakan,
seperti Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air) pada tahun 1916. Kemudian
tahun 1918 didirikan Taswirul Afkar atau dikenal juga dengan Nahdlatul Fikri
(Kebangkitan Pemikiran), sebagai wahana pendidikan sosial politik kaum dan
keagamaan kaum santri. Selanjutnya didirikanlah Nahdlatut Tujjar, (Pergerakan
Kaum Sudagar) yang dijadikan basis untuk memperbaiki perekonomian rakyat.
Dengan adanya Nahdlatut Tujjar itu, maka Taswirul Afkar, selain tampil sebagai
kelompok studi juga menjadi lembaga pendidikan yang berkembang sangat pesat dan
memiliki cabang di beberapa kota.
Sementara
itu, keterbelakangan, baik secara mental, maupun ekonomi yang dialami bangsa
Indonesia akibat penjajahan maupun akibat kungkungan tradisi, menggugah
kesadaran kaum terpelajar untuk memperjuangkan martabat bangsa ini, melalui
jalan pendidikan dan organisasi. Gerakan yang muncul 1908 tersebut dikenal
dengan Kebangkitan Nasional. Semangat kebangkitan memang terus menyebar ke
mana-mana setelah rakyat pribumi sadar terhadap penderitaan dan ketertinggalannya
dengan bangsa lain. Sebagai jawabannya, muncullah berbagai organisasi
pendidikan dan pembebasan.
Ketika
Raja Ibnu Saud hendak menerapkan asas tunggal yakni madzhab Wahabi di Mekah,
serta hendak menghancurkan semua peninggalan sejarah Islam maupun pra-Islam,
yang selama ini banyak diziarahi karena dianggap bi'dah. Gagasan kaum wahabi
tersebut mendapat sambutan hangat dari kaum modernis di Indonesia, baik
kalangan Muhammadiyyah di bawah pimpinan Ahmad Dahlan, maupun PSII di bawah
pimpinan H.O.S. Tjokroaminoto. Sebaliknya, kalangan pesantren yang selama ini
membela keberagaman, menolak pembatasan bermadzhab dan penghancuran warisan
peradaban tersebut.
Sikapnya
yang berbeda, kalangan pesantren dikeluarkan dari anggota Kongres Al Islam di
Yogyakarta 1925, akibatnya kalangan pesantren juga tidak dilibatkan sebagai
delegasi dalam Mu'tamar 'Alam Islami (Kongres Islam Internasional) di Mekah
yang akan mengesahkan keputusan tersebut. Didorong
oleh minatnya yang gigih untuk menciptakan kebebasan bermadzhab serta peduli
terhadap pelestarian warisan peradaban, maka kalangan pesantren terpaksa
membuat delegasi sendiri yang dinamai dengan Komite Hijaz, yang diketuai oleh
KH. Wahab Hasbullah.
Atas
desakan kalangan pesantren yang terhimpun dalam Komite Hijaz, dan tantangan
dari segala penjuru umat Islam di dunia, Raja Ibnu Saud mengurungkan niatnya.
Hasilnya hingga saat ini di Mekah bebas dilaksanakan ibadah sesuai dengan
madzhab mereka masing-masing. Itulah peran internasional kalangan pesantren
pertama, yang berhasil memperjuangkan kebebasan bermadzhab dan berhasil
menyelamatkan peninggalan sejarah serta peradaban yang sangat berharga.
Berangkat
dari komite dan berbagai organisasi yang bersifat embrional dan ad hoc, maka
setelah itu dirasa perlu untuk membentuk organisasi yang lebih mencakup dan
lebih sistematis, untuk mengantisipasi perkembangan zaman. Maka setelah berkoordinasi
dengan para kiyai, akhirnya muncul kesepakatan untuk membentuk organisasi yang
bernama Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama) pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari
1926). Organisasi ini dipimpin oleh KH. Hasyim Asy'ari sebagai Rais Akbar.
Untuk
menegaskan prisip dasar orgasnisai ini, maka KH. Hasyim Asy'ari merumuskan
Kitab Qanun Asasi (prinsip dasar), kemudian juga merumuskan kitab I'tiqad
Ahlussunnah Wal Jamaah. Kedua kitab tersebut kemudian diejawantahkan dalam
Khittah NU , yang dijadikan dasar dan rujukan warga NU dalam berpikir dan
bertindak dalam bidang sosial, keagamaan dan politik.
Wallaahu A'lam
Bekal Hidup
Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW dikatakan bahwa “ Kehidupan
dunia adalah ladang untuk kehidupan akhirat. “ Oleh karena itu, patut bagi
kita untuk saling memberi peringatan kepada sesama muslim bahwa kehidupan dunia
ini bukanlah target utama yang harus dikejar mati-matian, sehingga mengalihkan
perhatian kita untuk berbuat sesuatu untuk kehidupan akhirat yang notabene
kekal dan abadi. Kehidupan dunia memang sangat menggiurkan dan penuh dengan
kenikmatan. Sehingga semua itu menggoda hati dan perasaan kita untuk segera dan
bergegas mencapainya. Dunia dan isinya memang diperuntukkan untuk seluruh
makhluk Allah SWT di muka bumi. Namun, bukan berarti hal tersebut harus segera
kita kuasai dan nikmati tanpa batas. Bagi orang yang beriman, kehidupan dunia
ini tidak lebih sebagai tempat untuk singgah dan beristirahat dalam rangka
menempuh perjalanan yang hakiki, yakni perjalanan menuju akhirat. Oleh karena
itu, mereka (orang yang beriman) tidak akan bersifat rakus terhadap kehidupan
yang fana’ ini. Orang yang beriman akan menyadari dan selalu mengintrospeksi
diri ( muhasabah ) tiap helaan nafas. Inilah sifat orang yang beriman kepada
Allah SWT dan hari akhir, yang hati mereka senantiasa ingat dan takut kepada
Allah SWT.
Allah SWT mengingatkan kepada seluruh hamba_Nya yang beriman agar
senantiasa berbekal untuk kahidupan akhirat yang kekal abadi. Bekal yang paling
penting bagi orang yang menuju kehidupan akhirat adalah taqwa. Karena dengan
taqwa itulah seseorang akan mampu mencapai kesuksesan di akhirat kelak. Taqwa
adalah melaksanakan seluruh perintah Allah SWT dan menjauhi seluruh larangan
Allah SWT. Jadi, orang-orang yang beriman akan selalu taat dan patuh kepada
apa-apa yang diperintahkan oleh Allah SWT dan berusaha sekuat tenaga untuk
menjauhi seluruh larangan Allah SWT. Kehidupan dunia yang sebentar ini akan
selalu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh orang yang beriman untuk
memperbanyak bekal menuju kehidupan akhirat. Mereka akan selalu mendekatkan
diri kepada Allah SWT guna mengharapkan keridlo’an_Nya dan selalu memperbanyak
amal shalih. Orang-orang yang benar-benar beriman kepada Allah SWT tidak akan
pernah tergiur untuk menguasai kemewahan dunia. Hal ini dapat dibuktikan dari
para ulama terdahulu yang kehidupan mereka sangat sederhana dan jauh dari
kemewahan kehidupan dunia. Walaupun ada juga di antara mereka yang diberikan
kekayaan yang melimpah, namun semua itu tidak menghalangi kedekatan mereka
kepada Allah SWT. Yang terpenting
sekarang adalah bagaimana sikap kita seharusnya sebagai orang yang beriman
kepada Allah SWT dan kehidupan akhirat dalam menjalani kehidupan di dunia ini?
Apakah kita akan terus menuruti hawa nafsu untuk menikmati kemewahan dan
kelezatan dunia yang menipu? Atau kita akan segera kembali ke pangkuan_Nya dan
memperoleh kerido’an_Nya? Hidup adalah pilihan. Kebahagiaan atau kesengsaraan
yang akan kita pillih? Berbekallah…!!
Wallaahu A’lam
Langganan:
Postingan (Atom)